BERLIN - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengaku bangga dan bahkan tersenyum sumringah ketika pada kunjungan kerjanya ke Berlin, Jerman, dirinya menemukan kopi Blawan yang berasal dari dataran tinggi Ijen, Kab, Bondowoso, dihargai mahal di sana. Untuk setiap kilogram kopi Blawan, pembelinya harus merogoh kocek senilai 29, 20 euro atau bila dirupiahkan sekitar Rp 450 ribu.
Syahrul wajar berbangga karena kopi Blawan menjadi salah satu kopi unggulan yang dijual oleh Berliner Kaffeerösterei, toko kopi terkemuka di Berlin. Toko ini menawarkan puluhan varian kopi dari berbagai penjuru dunia, seperti Ethiopia, Colombia, Australia, dan juga Indonesia.
“Melihat kopi kita dihargai dengan nilai tinggi tentu menjadi penyemangat untuk terus menggiatkan ekspor pertanian, termasuk untuk komoditas kopi. Ayo terus tingkatkan produktivitas dan kualitas produk kita, sehingga kita bisa merajai pasar dunia, ” ungkap Syahrul, dikutip dari keterangan pers, Jumat (17/1/2020).
Kopi Blawan memang terkenal dan diminati oleh warga Eropa. Selama ini 90 persen kopi produksi Blawan diserap pasar luar negeri, di antaranya Belanda, Jerman, hingga Amerika Serikat.
Baca juga:
Ini Cara Babinsa di Jeumpa Dorong Pajale
|
Kopi yang ditanam di Perkebunan Blawan berjenis arabika. Kopi arabika dikenal memiliki rasa manis dan asam, serta terasa ringan saat diminum.
Sejak tahun 2016, Kabupaten Bondowoso memang telah ditasbihkan oleh Bupati saat itu, Amin Said Husni, sebagai “Republik Kopi”. Di Bondowoso terdapat tiga kebun kopi, yaitu Kebun Jampit, Kebun Blawan, dan Kebun Pancor. Dari tiga kebun ini, dihasilkan kopi arabika bertaraf internasional yang terkenal dengan sebutan Java Coffee Jampit, Java Coffee Blawan, dan Java Coffee Pancoer.
Indonesia sendiri saat ini merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Topografi tanah berbukit dengan gunung-gunung vulkanik membuat Indonesia dianugerahi tanah yang subur dan cocok ditanami kopi.
Selain kopi Blawan, Indonesia mempunyai beragam jenis kopi lainnya. Sebut saja kopi Gayo di Aceh, kopi Solok di Sumatra Barat, kopi Preanger di Jawa Barat, kopi Kintamani di Bali, kopi Toraja di Sapan, kopi Wamena di Papua, hingga kopi Bajawa di Flores.
Meski kopi Indonesia sudah merambah pasar Internasional, Syahrul masih terus mendorong agar ekspor kopi Indonesia bisa terus ditingkatkan. Syahrul menargetkan pertumbuhan ekspor Kopi bisa meningkat hingga tiga kali lipat sampai lima tahun ke depan. Untuk itu, Ia meminta para produsen dari hulu dan eksportir untuk bekerja sama sehingga pertumbuhan ekspor kopi bisa sesuai target atau lebih.
"Harus dibantu oleh stakeholder lainnya, eksportir, pengusaha hingga di level paling bawah untuk mengembangkan, ” tandas Syahrul.(***)